Kunjungi Web Kami : Kantor Pusat | KB-TK | SD | SMP Surabaya | SMP Deltasari

Mencela Orang Tua

Awesome Image

Mencela Orang Tua

Abdillah F Hasan ; Pendidik di SD Al Falah Surabaya

Dalam berbicara, jika lupa diri, seringkali berbuntut emosi. Mulanya berupa lelucon tapi lama-kelamaan bisa berujung konflik. Kata-kata yang keluarpun tidak lagi enak bahkan menyakiti hati yang mendengarnya. Saling ejek dan menghina tak terhindarkan. Parahnya, nama orang tua ikut dibawa-bawa.            

Banyak ucapan dan candaan yang mengungkap sisi kelemahan dan kekurangan dari orang tua. Ucapan,’ Anaknya genius, pasti bapaknya botak,’ atau perkataan,’ Anaknya kurus, pasti pasti dulu waktu hamil ibunya cacingan,’ seringkali terdengar. Fatalnya lecehan tersebut juga berbalas ucapan yang bernada lecehan pula. Seorang anak mengolok orang tua teman, lalu si teman mengolok orang tuanya.

            Toh pun jika sekedar bercanda tidak perlu mengait-ngaitkan dengan orang tua, apalagi mengungkap sisi kelemahannya. Memang terasa sepele, tapi pelakunya terhitung telah melakukan dosa besar. Rasulullah Saw mengingatkan, Diantara dosa besar adalah seorang laki-laki mencela kedua orang tuanya.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, ‘Apakah (mungkin) seorang laki-laki mencela orang tuanya?‘ Beliau menjawab, “Ya. Dia mencela bapak seseorang lalu orang tersebut (membalas) mencela bapaknya, lalu dia mencela ibunya, lalu orang tersebut (membalas) mencela ibunya.” (HR. Muslim).

            Dalam Syarh Adabul Mufrad dijelaskan bahwa hadis di atas menunjukkan betapa besarnya hak kedua orang tua. Juga terdapat keumuman yang sering terjadi yaitu ketika ada seseorang yang mencela ayah orang lain, boleh jadi anak orang yang dicela mencela orang tua pencela dan boleh jadi juga tidak membalasnya. Sementara Ibnu Batthal berpendapat bahwa hadis  ini  merupakan asal dari sebuah kaidah yang sangat mulia, bahwa suatu perkara jika akan diakhiri dengan sesuatu yang diharamkan, maka perbuatan itu pun akan diharamkan meskipun sang pelaku itu tidak memaksudkan sesuatu yang haram.

Hal ini juga ditunjukkan dengan firman Allah, tentang mencela sesembahan agama lain yang berakibat pada celaan terhadap Allah. Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, Karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan. (QS. Al-An’am 108).  Syaikh Abdurrahman As-Sa'di menafsirkan ayat ini, bahwa Allah Ta'ala telah melarang kaum mukmin akan perkara yang pada dasarnya adalah boleh bahkan di syari'atkan, yaitu mencela sembahan-sembahan kaum musyrikin. Tetapi tatkala hal itu akan menyebabkan dicelanya Rabb semesta alam, maka Allah pun melarang hal tersebut. Karenanya ayat ini merjadi dalil akan kaidah syar'iyyah, bahwa sesungguhnya sarana itu mempunyai hukum-hukum yang sama dengan tujuan, jika sarana itu menghantarkan pada suatu yang diharamkan, maka sarana tersebut pun diharamkan meskipun pada asalnya ia adalah sesuatu yang boleh.

Agar terhindar dari perbuatan semacam ini (saling mengolok orang tua), hal utama yang harus dilakukan adalah dengan menjaga pergaulan dan menghindari pertemanan yang mendekatkan pada dosa dan  menjauhkan diri dari rahmat Allah.

Prev Next

Komentar

Belum ada komentar, jadilah pertama untuk berkomentar

Tinggalkan Komentar



keyboard_arrow_up